JAMA'AH, Kewajiban Yang Ditinggalkan

Written by Muhammad Soleh on Sabtu, 27 November 2010 at 11:07 AM


Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa; Islam akan berpecah belah menjadi 73 perpecahan, yang 72 ke neraka dan hanya satu ke surga yakni yang berjama'ah [ 1 ]

Umumnya umat Islam (bahkan termasuk yang berstatus sebagai ulama) saat ini telah banyak yang tidak kenal tentang pengertian jama'ah yang "sesungguhnya", bahkan banyak diantara mereka yang membuat tafsiran yang menyimpang dari hakikatnya konsep jama'ah yang telah diamalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan tiga generasi terdahulu dari umatnya (sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in).



Umumnya mereka menafsirkan jama'ah, keluar dari esensinya diantara mereka ada yang menafsirkan jama'ah adalah para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ada juga yang menafsirkan jama'ah adalah Ahli Ilmu, ala kulli hal dua tafsiran ini mungkin masih bisa diterima dengan pengertian para sahabat dan ahli ilmu yang dalam hidup mereka mempunyai imam yang dibai'at akan tetapi yang sungguh menyimpang adalah mereka yang menafsirkan jama'ah menggunakan ro'yu dan hawa nafsu serta bertentangan baik dengan naql (Al Qur'an dan Al Hadits) ataupun 'aql (akal sehat), yaitu mereka yang menafsirkan jama'ah adalah umumnya umat Islam (dengan tanpa ada Imam).
Lebih dari itu mereka menuduh golongan umat Islam yang membentuk jama’ah dan mengangkat imam yang di bai'at adalah golongan firqoh hizbiyyah bahkan mereka melontarkan tuduhan-tuduhan yang keji dengan member label ahlul bid’ah wal ahwa’ (pengikut bid’ah dan hawa nafsu).
Ironisnya yang member tafsir jama’ah umunya umat Islam adalah mereka yang menisbatkan diri mereka sebagai golongan “Salafi” atau orang-orang yang bermanhaj salaf [ 2 ], yaitu mengikuti ajaran para salafus shalih, mereka sangat membesar-besarkan “pengakuan” manhaj salaf (yang sebenarnya tidak ada dasar dalilnya).
Bagi mereka siapapun Ahlus Sunnah yang hanya mengaku berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadits masih dikatakan belum Ahlus Sunnah yang sesungguhnya jika belum menisbatkan diri pada manhaj Salaf, contohnya dengan mengatakan : saya adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan manhaj Salaf,  konon hal ini taqlid (mengikut) pada ucapan Syaikh Al Albani rahimahullah :
“Kalau kamu berkata; “Aku seorang muslim yang berlandaskan dengan Al Kitab (Al Qur’an) dan as Sunnah”. Yang seperti inipun belum cukup, karena seluruh pengikut kelompok dan golongan yang ada Asy’ariyah, Maturidiyah dan Hizbiyyun mengklaim bahwa mereka juga mengikuti dua pokok utama ini. Penamaan yang jelas, gambling, dan dapat membedakan kita dengan yang lain adalah :” Aku seorang muslim dengan berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan pemahaman Salafus Shalih” atau berkata secara ringkas, “Aku Salafi”. Sumber : Syaikh Amru Abdul Mun’im Salim dalam kitab Al Manhaj As Salafi Inda Syaikh Nasruddin Al Albani hal. 21
Apapun alasannya sesuatu yang diada-adakan dalam urusan agama dan tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan tiga generasi tertunggal dari umatnya adalah bid’ah, dan pengakuan mereka itu membuat mereka sendiri yang layak jika disebut firqah hizbiyah, Allahu a’lam
Pada awalnya sebelum tahu siapakah hakikat “kaum salafi” ini? (maklum kebenarannya di rantau ini boleh dikatakan belum lama) saya menaruh husnudzan dan berharap bahwa mereka ini golongan yang akan memperkuat barisan penghidup Sunnah di rantau ini, sebab sebelumnya kelompok atau organisasi yang bersungguh menghidupkan Sunnah belum begitu banyak berbanding dengan ahlul bid’ah.
Namun rupanya jauh panggang dari api, kelompok salafi ini ternyata “berperagai” jauh lebih dasyat berbading dengan yang lainnya hari-hari mereka disibukkan dengan ghibah serta caci maki dan hasutan yang keji kepada golongan di luar manhaj mereka, terlebih-lebih pada golongan Ahlus Sunnah, bahkan para ulama mereka “telanjangi” dengan fitnah-fitnah yang keji, ibarat pendekar jurus yang mereka gunakan adalah jurus “dewa mabuk”, ulama sekaliber Syaikh DR Yusuf Qaradhawi pun tidak lepas dari serangan mereka dan mereka “anugerahi” label sesat.
Seharusnya kalau mereka benar-benar mengkaji dalil-dalil nash dari Al Qur’an dan Al Hadits dan memikirkan dengan akal yang waras, tentunya mereka tidak akan berakhlaq seperti itu dan mereka akan dapat menjumpai konsep jama’ah yang sesungguhnya sebagaimana yang diamalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabatnya.
Yang menjadi pertanyaan mengapa mereka seperti sama sekali tidak tahu tentang ta’rif jama’ah yang sebenarnya? Apakah mereka termasuk; orang yang di kunci rapat oleh Allah hati dan pendengaran mereka dan ditutup mata mereka sehingga sama saja diberi peringatan atau tidak diberi peringatan tetap tidak akan beriman (Qs Al Baqarah : 7 – 8)
Ataukah mereka pangling (lupa) dengan kebenaran sebagaimana penglingnya orang-orang ahli Kitab terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal sebenarnya mereka telah mengenal beliau (dari kitab-kitab mereka) sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri (Qs Al Baqarah : 146)
Ataukah mereka orang-orang yang dimaksudkan oleh Allah “walaupun seandainya diturunkan para Malaikat kepada mereka dan orang yang sudah mati bangkit dan berbicara pada mereka, juga dikumpulkan semua makhluk untuk berbicara kepada mereka, member tahu bahwa Al Qur’an ini hak akan tetapi mereka tetap tidak beriman” (Qs Al An’am : 111)
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pada awalnya menggelitik di hati saya, sehingga saya teringat akan firman Allah Dzat yang Maha Tahu ternyata juga menyindir kepada mereka yang “degil” tetap tidak beriman walaupun telah menjumpai dan mengetahui kebenaran :
Atinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: Allah, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar) Qs Al Ankabut : 61


Foot Note
________________
[ 1 ] Abu Dawud, Sunan Abu awud, Kitabus Sunnah : 4599
[ 2 ] Manhaj mempunyai kesamaan arti dengan madzhab yang berarti; aliran pemahaman, sedangkan kata ”salaf” berarti para ulama’ dari generasi sahabat, tabiin dan atba’at tabi’in, dengan kata lain sebutan Salafi merupakan bentuk klaim bahwa mereka adalah (satu-satunya) pengikut sekaligus penghidup ajaran para ulama’ dari generasi yang terbaik umat Muhammad


0 Responses to "JAMA'AH, Kewajiban Yang Ditinggalkan"

Translate to :

Translate to :

Entri Populer

Pengikut

Ahlussunnah Wal Jama'ah. Diberdayakan oleh Blogger.

About the author

This is the area where you will put in information about who you are, your experience blogging, and what your blog is about. You aren't limited, however, to just putting a biography. You can put whatever you please.